Tenang sabar bagai Bumi,
diam konsentrasi menyimpan rahasia,
itu-lah arti sesungguh-nya dari Te Cong Ong Pou Sat,
rangkaian kata Ing dalam Te Cong Cap Lun King.
* * *
Te Cong Ong Pou Sat pernah ber-ujar
bahwa Ia akan menolong Arwah-arwah Manusia yang menderita dan sengsara di Neraka.
Bahwa Te Cong Ong dipandang sebagai Pou Sat,
manakala seseorang meninggal dunia Arwah-nya di-tuntun dan disadarkan
untuk menempuh Jalan Suci menuju Kebenaran.
* * *
Dalam Kitab dialek Buddhis menerangkan secara umum
Orang beranggapan
bahwa Te Cong Ong Pou Sat hanya menumpahkan perhatian-nya di Akhirat saja,
padahal Te Cong Ong Pou Sat juga menumpahkan perhatian-nya di Dunia fana dan Alam atas.
Hal mana jarang diketahui
karena tugas ini sengaja dibebankan kepada Te Cong Ong oleh Sekya Ji Lai secara pribadi.
* * *
Sekya Ji Lai menganjurkan
supaya pada saat meditasi mencapai tingkat dyana
sekaligus memasuki tiga lapis Alam
serta memeriksa isi-nya bagi yang menderita dan tersiksa,
pantas diberi perlindungan dan pertolongan supaya di-tuntun dan dilindungi.
* * *
Selama Sekya Ji Lai masuk ke Nirwana dan Bi Lek Hud belum menjelma di Dunia fana.
Te Cong Ong bertanggung jawab terhadap Makhluk-makhluk yang berada di tiga lapis Alam itu,
membimbing, membina dan melindungi mereka menuju ke Jalan Keselamatan.
Ini berarti dispensasi penuh diberikan kepada Te Cong Ong,
Ia memegang wewenang
untuk menghapus meringankan hukuman setiap Arwah
yang harus menjalani hukuman sesuai perbuatan-nya di masa hidup-nya di Dunia.
* * *
Tugas membimbing dan menyadarkan Arwah-arwah ini ke Jalan Benar
terhitung selesai setelah Para Terhukum itu genap menjalani hukuman.
Dalam hal ini perlu kita ketahui berat atau ringan hukuman Arwah seseorang
adalah sesuai dengan karma perbuatan Orang itu waktu hidup di Dunia fana.
Dalam hal ini-lah Te Cong Ong berperan aktif membantu Para Arwah itu
supaya tidak lagi melakukan, karma buruk pada penitisan-nya yang akan datang.
* * *
Perlu juga dijelaskan yang dimaksud dengan tiga lapis Alam di sini adalah Neraka, Dunia fana dan Sorga Loka.
Ke-tiga lapis Alam ini masih termasuk di antara 6 (enam) tingkat lapis Alam yang tetap dikuasai roda samsara.
Te Cong Ong Pou Sat memang identik dengan kecakapan TE berarti Bumi,
CONG berarti simpan, sembunyi atau genggam,
ONG berarti Raja, pusat atau Pimpinan yang terkemuka.
Makna Te Cong Ong yaitu tenang bagai Bumi waspada dan cermat
supaya tiada sesuatu yang tersembunyi dalam genggaman-nya.
Secara singkat makna itu berarti PUSAT KETENANGAN DAN KESADARAN.
* * *
Lebih jauh dapat dijelaskan bahwa huruf TE berarti "Tekad" besar yang ingin mencapai tingkat kesempurnaan dengan tanpa menghiraukan kesukaran dan kesengsaraan yang akan dialami-nya berpegang teguh pada pendirian, ibarat Bumi yang tenang dan mantap tidak bergeming sedikit pun.
Huruf CONG berarti teliti dan cermat, memeriksa seluruh isi yang berada di tiga lapis Alam hingga tiada sesuatu yang ketinggalan, bahkan dapat menyingkap tabir rahasia yang tergenggam di dalam-nya.
Huruf ONG berarti pusat sentral.
Te Cong Ong Pou Sat yang satu ini menjadi pusat atau sentral kewaspadaan dan kecermatan pusat ketenangan dan kesadaran.
Gelar Te Cong Ong memang diperoleh-nya setelah Beliau mencapai kesempurnaan.
* * *
Di antara Sam Kai Liok To Lun Wi yaitu Tuhan, Manusia, Rasul, Iblis, Neraka dan Binatang yang paling menderita di Neraka uji atau tempaan paling berat dan keras juga di Neraka.
Namun Te Cong Ong Pou Sat justru berani menantang kesukaran tak gentar menghadapi derita maupun sengsara.
Tekad-nya sudah bulat menolong Umat Manusia.
Te Cong Ong ber-semboyan, sebelum Neraka kosong dari Para Hukuman, Ia bersumpah tidak mau menjadi Buddha.
* * *
Logis kalau proyek kerja-nya berada di Neraka.
Karena dia-lah Pelindung dan pengayom Para Arwah yang menjalani hukuman serta menuntun-nya ke Jalan yang Benar menyadarkan mereka untuk tidak mengulang perbuatan yang tercela.
Hal itu memperbesar arti keberadaan dan peranan Te Cong Ong di Neraka.
Oleh karena itu Beliau juga dinamakan Yu Bing Kau Cu.
* * *
Konon Te Cong Ong memelihara seekor singa yang diberi nama The Teng,
The Teng memiliki kesaktian yang luar biasa,
telinga kiri-nya dapat menangkap suara di tingkat terbawah sampai tingkat ke 33 (tiga puluh tiga) di Langit,
telinga kanan-nya dapat menyadap suara di tingkat ke 18 (delapan belas) dalam lapis Bumi.
* * *
Dari bantuan The Teng Te Cong Ong banyak memperoleh informasi, yang terjadi dalam tiga lapis Alam.
1.500 (seribu lima ratus) kemudian, setelah Sekya Ji Lai masuk Nirwana,
kehidupan Manusia di mayapada masih juga timbul tenggelam,
masih banyak Manusia yang belum mau mengerti ada-nya Hukum Sebab dan Akibat,
martabat Manusia menjadi makin buruk,
bahkan tak segan melakukan kejahatan terhadap Sesama-nya.
Padahal semua ini bertentangan dengan Hukum,
Hukum kodrat yang mengutamakan welas asih dan cinta kasih,
untuk mengemban tugas berat ini-lah
Te Cong Ong Pou Sat merelakan diri menjelma ke Dunia
menjadi Manusia biasa lahir sebagai Putra Mahkota
di Kerajaan Sin Lo Kok dalam wilayah Korea Timur
sebagai Putra Sulung Keluarga Kim dengan nama Kiau Kak.
* * *
Sejak kecil Kim Kiau Kak sudah menunjukkan gejala-gejala aneh dan luar biasa dalam cara hidup-nya.
Tatkala Tahun Eng Hwi ke-4 (empat),
Saa Tong Ko Cong bertahta (Masehi 653),
dalam usia 24 (dua puluh empat),
Beliau mencukur gundul rambut-nya,
dengan membawa seekor anjing peliharaan-nya yang setia (bukan singa) bernama Sian Thing,
Kim Kiau Kak berlayar ke Negeri seberang,
merantau ke Selatan yang akhir-nya mendarat di Kanglam.
* * *
Dari Kanglam, ia melanjutkan perjalanan ke Utara,
suatu hari ia berada di Kiu Hoa San,
Gunung ini terletak di Kabupaten Ceng yang dalam Wilayah An Hwi.
Kim Hoa San milik Bin Kong pribadi,
seorang ber-pangkat yang kaya raya dan sudah pensiun,
sebagai Orang berada Bin Kong terkenal dermawan, saleh dan supel,
sejak masih muda ia sudah biasa melakukan Kebajikan
terutama terhadap yatim piatu dan Orang Tua jompo, Orang-orang beribadat dan fakir miskin umum-nya.
Secara periodik ia membagi uang kepada ratusan fakir miskin
yang memang sudah dijatahkan untuk mereka.
* * *
Dalam menunaikan Dharma Kebajikan.
Bin Kong juga mengumpulkan Para Hwesio atau Saykong pengembara,
kepada mereka khusus disediakan tempat tinggal dan makanan tersendiri,
sudah sejak lama usaha Bin Kong
untuk menggenapi seratus Hwesio yang dikumpulkan di rumah-nya belum juga tercapai,
padahal sampai hari itu sudah 99 (sembilan puluh sembilan) Hwesio terkumpul di rumah-nya.
* * *
Di luar kebiasaan-nya,
entah hasrat apa yang mendorong-nya
untuk jalan-jalan menghirup angin pegunungan yang segar sambil menikmati pemandangan Alam,
sudah tentu dalam hati ia juga mengharap akan bertemu dengan seorang Hwesio
dan mau di-undang ke rumah-nya
untuk menggenapi jumlah 100 (seratus) Hwesio seperti yang dicita-citakan selama ini.
* * *
Entah kebetulan atau memang sudah ditakdirkan oleh Tuhan.
Pagi hari itu, di Jing Ge Giam dalam Wilayah Ping Yang,
Bin Kong bertemu dengan Kim Kiau Kak
yang saat itu sedang samadhi di bawah gubuk beratap ijuk (serabut pada pohon aren)
yang di-bangun-nya secara darurat.
Singkat-nya Bin Kong memohon kepada Kim Kiau Kak untuk berkunjung ke rumah-nya,
lalu ia juga menjelaskan tentang keinginan hati-nya selama ini.
* * *
Ternyata Kim Kiau Kak langsung menerima undangan Bin Kong,
hanya saja ia mengajukan satu permohonan kepada Bin Kong,
permintaan yang mudah dan tidak sukar,
yaitu sebidang tanah seluas kasa (kain putih yang halus) yang dipakai Orang,
permintaan ini jelas tidak berarti bagi Bin Kong,
tanpa pikir ia meluluskan permintaan Kim Kiau Kak sembarang kasa,
jubah itu ternyata sakti dan mukzijat,
setelah mengucap terimakasih Kim Kiau Kak menanggalkan jubah-nya,
sekali kebut kasa merah di tangan-nya itu dilempar-nya ke udara,
kasa itu berkembang dan terus membumbung tinggi ke Angkasa,
akhir-nya menutup seluruh puncak Kiu Hoa San.
* * *
Sebagai seorang Dermawan yang saleh bajik dan murah hati
meskipun keajaiban ini sempat membuat-nya bingung dan takjub,
tapi Bin Kong tidak menjadi kecil hati,
bahkan senang dan gembira,
dengan tulus dan ikhlas ia serahkan puncak Kiu Hoa San milik-nya itu kepada Kim Kiau Kak.
* * *
Kembali bercerita tentang Bin Kong,
setelah keheranan sekian saat menyaksikan kesaktian Kim Kiau Kak,
ia insaf bahwa hari ini diri-nya berhadapan dengan Orang setengah Dewa,
dengan sikap hormat ia persilahkan Kim Kiau Kak mampir ke rumah-nya.
Se-tiba di rumah Bin Kong langsung memanggil Putra tunggal-nya,
lalu memohon kepada Kim Kiau Kak
sekira-nya sudi menerima-nya sebagai Murid.
Bermula Kim Kiau Kak hanya memberikan pelajaran pokok-pokok dasar Agama,
baru beberapa tahun kemudian
ia menerima Putra Bin Kong menjadi Murid secara resmi
serta ikut ber-tapa di Kiu Hoa San dengan gelar Tobing Hwesio.
* * *
Beberapa tahun kemudian Bin Kong yang sudah lanjut usia
menyadari bahwa Dharma Bakti-nya selama ini
terhadap Sesama Manusia rasa-nya sudah mencukupi batas kemampuan-nya,
lalu ia pun mulai ber-tapa di Kiu Hoa San
dan menggangkat To Bing Hwesio atau Putra-nya sendiri sebagai Guru.
Maka dalam gambar sering kita lihat Te Cong Ong Pou Sat di-apit dua Orang,
yang tua di sebelah kanan yaitu Bin Kong,
yang kiri seorang Hwesio muda yaitu To Bing Hwesio Anak Bin Kong.
* * *
Sejak Tahun Kau Goan ke-XVI,
tatkala Kaisar Tong Hian Cong bertahta
Kim Kiau Kak yang juga ber-gelar Bu Ke Hwesio
sudah ber-tapa di Kiu Hoa San hingga Tahun Tin Goan ke-X atau 794 Masehi,
tepat pada Tanggal 30 Bulan 7 Penanggalan Imlek,
Kim Kiau Kak alias Bu Ke Hwesio meninggal dunia dalam usia 99 tahun,
jenazah Bu Ke di-kubur dalam sebuah liang batu yang khusus dibuat di Gunung itu.
* * *
3 Tahun kemudian, tepat-nya pada Tahun Tin Goan ke-XIII atau Tahun 797 Masehi,
Para Murid dan Pemuja-nya ber-sepakat membangun sebuah menara
yang terletak di Selatan Gunung untuk menyempurnakan jasad-nya yang suci.
Saat liang kubur-nya dibuka,
badan kasar mummy Bu Ke Hwesio kelihatan masih utuh seperti saat hidup-nya dahulu wajah-nya,
masih tampak segar bugar seperti masih hidup,
waktu diperhatikan wajah-nya persis dengan Te Cong Pou Sat dalam gambar,
maka Orang banyak beranggapan dan percaya
bahwa Kim Kiau Kak alias Bu Ke Hwesio tidak lain adalah penitisan Te Cong Pou Sat.
* * *
Waktu menara itu selesai dibangun, lalu dinamakan Menara Te Cong.
Secara resmi Murid-murid-nya memimpin suatu Upacara Sembahyang besar,
malam itu menara dimana mummy Bu Ke Hwesio disemayamkan memancarkan cahaya benderang,
oleh sebab itu bagian Selatan Gunung itu dinamakan Sin Kong Nia.
Sejak saat itu Kiu Hoa San makin diagungkan sebagai Tanah Suci Kaum Buddhis.