9. Sukma yang Diuji


Waktu itu Tahun ke-14 Dinasti Kha Khing, 

Kerajaan Ceng masih kuat ber-kuasa di daratan Tiongkok. 

Nyo Jay Cau lahir di Kabupaten Tio Jang, 

kebetulan masa paceklik sedang melanda kampung halaman-nya, 

mana lagi kehidupan Keluarga-nya yang serba miskin amat kekurangan, 

maka ia berangkat ke Beijing untuk mencari kerja. 


* * *



Karena Nyo Jay Cau, Orang-nya jujur lagi setia, 

seorang Teman-nya She Oei menampung-nya 

untuk beberapa waktu lama-nya, 

belakangan ia memperoleh pekerjaan 

di rumah seorang ber-pangkat diangkat menjadi Pengurus rumah tangga.


* * * 



Belum lama setelah ia menduduki jabatan-nya, 

suatu hari ia berada di perjalanan pulang 

setelah menyelesaikan tugas yang diberikan Majikan-nya, 

se-tiba di depan Tin Bu Bio yang berada di pintu timur di pinggir jalan, 

ia menemukan selembar cek 

yang dikeluarkan sebuah Bank terbesar di Kota Raja 

dengan nilai 8.000 tail.


* * * 



Sambil me-nimang-nimang temuan-nya itu 

Nyo Jay Cau melanjutkan perjalanan-nya pulang, 

se-tiba di ujung sebuah gang, 

di-lihat-nya seorang Laki-laki tua sedang meringkus seorang pemuda 

serta memukul-nya dengan sebatang kayu pemukul. 


* * *



Lekas Nyo Jay Cau maju me-lerai dan menghentikan pemukulan 

yang tanpa belas kasihan itu, 

serta tanya apa sebab Pemuda itu dipukul. 

Orangtua itu adalah Majikan si Pemuda menjelaskan 

bahwa Orang ini disuruh menagih hutang yang dibayar dengan selembar cek, 

ternyata cek itu hilang, 

mungkin jatuh di tengah jalan. 


* * *



Lebih jauh Nyo Jay Cau bertanya 

berapa nilai cek itu 

serta kapan tanggal cair-nya, 

jawaban si Pemuda tenyata tepat dan persis 

dengan cek yang barusan di-pungut-nya di depan Kelenteng, 

tanpa pikir panjang 

ia serahkan cek yang ia temukan itu 

kepada Laki-laki tua yang merasa kehilangan.


* * * 



Mungkin karena cuaca tidak cocok 

atau tata kehidupan di Kota Raja ini berbeda dengan kebiasaan hidup-nya, 

2 (dua) bulan setelah Nyo Jay Cau bekerja tiba-tiba ia jatuh sakit, 

penyakit-nya ternyata cukup membahayakan jiwa-nya, 

suhu badan-nya tinggi, 

beberapa hari ia sudah tidak sadarkan diri. 


* * * 



Dalam keadaan tidak sadar itu-lah 

Nyo Jay Cau seperti bertemu dengan Ayah-nya yang sudah lama meninggal, 

ia diajak menuju ke depan sebuah Istana yang amat mewah, 

pigura di atas pintu Istana itu diukir 3 huruf warna emas berbunyi "Tang Gak Hu”.


* * *


Sang Ayah menarik-nya masuk, 

mereka disambut seorang Petugas yang berjubah sutra, 

ia kenal Laki-laki berjubah sutra ungu ini bukan lain adalah Kakek luar-nya 

semasa hidup-nya dulu tinggal di Hokkian, 

lebih jauh Kakek itu bercerita 

bahwa takdir sebetul-nya menentukan ia berusia 59 

tapi karena ia mengawini bini Orang lain sebagai gundik 

usia-nya dipotong 10 tahun.


* * *



Di samping itu secara paksa ia menganjurkan 

supaya Kakak Perempuan-nya menikah lagi 

hingga usia-nya dipotong 10 tahun lagi. 

Setelah diri-nya mati dalam usia 39, 

boleh di-kata sudah tiada dosa-dosa lain-nya 

maka diri-nya ditugaskan menjadi Pemegang Buku Catatan di pintu Akhirat ini. 


* * *



Kakek luar-nya itu She Ciang agak-nya ber-wibawa sekali, 

Setan yang bertugas di situ 

ia panggil untuk mengantar Nyo Jay Cau berkeliling melihat-lihat 

dan memeriksa keadaan sebenarnya dalam Akhirat itu.


* * *



Pemandangan pertama yang tampak adalah sebatang tunjangan kayu besar, 

dimana terikat seorang Perempuan sedang menjalani hukuman, 

dada Perempuan ini dibelah dan diambil hati-nya, 

jeritan-nya yang menyayat hati 

sungguh membuat Orang ketakutan, 

dengan seksama Nyo Jay Cau perhatikan Perempuan itu 

ternyata Pembantu She Ni yang bekerja di Keluarga Oei.


* * *



Maju lebih jauh, 

mereka dihadang sebuah batu besar segi empat, 

di atas meja batu ini men-dekam seorang Laki-laki, 

Setan Kuda sedang duduk di punggung-nya, 

dengan sebatang obor yang menyala besar, 

sedang membakar punggung Laki-laki itu. 

Jay Cau juga kenal Laki-laki itu bukan lain adalah Penjaga malam She Han 

di rumah Keluarga Oei. 



* * * 



Lebih jauh ia melihat pula seseorang 

yang di-rantai ke-dua tulang pundak-nya serta digantung di penglari, 

jeritan-nya sungguh menyayat hati, 

Jay Cau juga kenal Orang ini adalah Ping Cu yang biasa-nya meng-gembala kerbau. 


* * *



Jay Cau juga melihat Liem Seng Biau masih terhitung Famili-nya, 

Orang ini di-pasak di atas dinding. 


* * *



Di belakang-nya tampak seorang yang duduk di punggung seekor kerbau, 

Setan Kerbau memukul kerbau itu dengan kayu pemukul, 

Laki-laki yang duduk di punggung kerbau 

bahkan men-jerit-jerit minta ampun, 

di tengah ratapan-nya 

ia menyatakan ber-tobat 

bahwa selama hidup-nya dulu terlalu senang makan daging kerbau, 

sekarang ia memperoleh balasan-nya. 


* * *



Akhir-nya dibawa masuk ke sebuah ruang besar yang mewah, 

dinding-nya ber-ukir dan dihiasi lampu-lampu lilin, 

suasana di sini terasa khidmat, 

tampak banyak Laki Perempuan duduk terpekur, 

semua melantunkan Mantra puja puji. 


* * *



Tak jauh di belakang Istana, 

tampak sebuah Bukit menjulang tinggi menembus awan, 

air hitam tampak berdebur keras di kaki bukit, 

suasana di sini kelihatan remang-remang, 

Orang akan merasa ketakutan dan seram berada di sana.


* * *



Demikian juga hati Jay Cau saat berada di tempat yang mengerikan ini, 

apalagi saat berjalan ia ter-gelincir dan hampir jatuh, 

di tengah jeritan kaget-nya itu-lah, 

mendadak ia terjaga bangun dari tidur-nya. 

Ternyata diri-nya masih berbaring di atas ranjang 

sudah 2 hari 2 malam ia tidak sadarkan diri.


* * *



Beberapa waktu kemudian, 

baru ia bertanya kepada Orang yang berada di dekat tempat tidur-nya, 

"Pembantu She Ni itu sekarang berada di mana ?", 

rekan kerja-nya yang setia merawat-nya menjelaskan 

lho Pembantu She Ni itu kan sudah mati karena serangan jantung. 


* * *



Lalu Penjaga malam She Han itu bagaimana keadaan-nya ? 

Sedang sakit keadaan-nya gawat, 

tumor ganas tumbuh di punggung-nya. 

Beberapa hari kemudian Penjaga malam She Han itu akhir-nya juga mati.


* * *



Kira-kira setengah bulan kemudian, 

kebetulan datang seorang kenalan-nya dari kampung kelahiran-nya, 

ia tanya keadaan Ong Ping Cu 

kenalan-nya itu menerangkan bahwa Ong Ping Cu jatuh sakit, 

sakit-nya gawat lagi aneh, 

siang malam ia berteriak 

karena kesakitan sampai suara-nya serak, 

untuk meringankan penderitaan, 

ia suruh Keluarga-nya mengikat tali di pinggang-nya 

lalu menggantung diri-nya di atas penglari rumah-nya, 

begitu keadaan-nya agak lumayan, 

namun seminggu kemudian ia meninggal juga.


* * *



Tentang Famili-nya yang bernama Liem Seng Biau, 

Orang ini ternyata ber-hati culas, 

ber-mulut manis 

tapi suka mencelakai Orang, 

dengan kepandaian-nya bicara 

ia banyak menipu uang dan barang Orang lain 

karena di-kejar-kejar hutang 

akhir-nya ia pindah ke tempat lain. 

Beberapa waktu yang lalu, 

Keluarga-nya menerima sepucuk surat dari seorang Teman 

yang mengabarkan bahwa Liem Seng Biau mati terserang tumor ganas di leher-nya.


* * * 



Pembantu She Ni ternyata pernah melahirkan Anak haram, 

takut diketahui Majikan-nya begitu lahir 

bayi itu ia cekik mati 

lalu di-buang ke jurang di belakang rumah-nya. 


* * *



Sementara Penjaga malam She Han itu 

adalah Laki-laki kasar yang suka menganggu ketenangan Orang lain, 

menindas yang lemah, 

menurut pada pihak yang kuat 

apalagi yang ber-kantong tebal, 

sering sewenang-wenang men-jagal kerbau atau kambing 

lalu memakan daging-nya, 

ternyata dosa-nya tidak kecil, 

demikian-lah nasib Ong Ping Cu 

maka siksa derita yang dialami-nya di Akhirat juga amat mengerikan.


* * *




Segala perbuatan dosa yang dilakukan Manusia di Dunia fana ini, 

sebelum yang bersangkutan mati 

dan Arwah belum meninggalkan badan kasar-nya, 

di Akhirat kau nanti akan memperoleh balasan yang setimpal 

sesuai perbuatan-mu sendiri, 

jadi nasib Manusia di Dunia dan apa pengalaman derita-mu, 

hakikat-nya sama dengan apa yang akan kau alami di Akhirat nanti.



Demikian-lah pengalaman hidup Nyo Jay Cau 

yang sempat melihat kenyataan dalam mimpi, 

kenyataan dalam kehidupan Manusia secara umum 

dan kenyataan yang dialami Manusia itu sendiri di Akhirat.