8. Pedagang Jahat Menjadi Babi


Di Kota Hang Ciu, 

hidup seorang pedagang bernama Tio Cwan, 

pedagang besar ini kaya raya 

tapi hanya punya seorang Anak Laki-laki bernama Ci Bing. 


* * *



Sudah sejak puluhan tahun lalu, 

toko kain sutra-nya di Kota Hang Ciu milik-nya adalah yang terbesar dan terlaris 

walau punya banyak uang 

dan Putra hanya seorang 

tapi Tio Cwan ternyata kikir luar biasa, 

iri hati lagi egois. 


* * *



Dengan berbagai cara yang tidak halal 

dia selalu berupaya memperbanyak uang-nya, 

tidak peduli Orang lain rugi atau menderita karena-nya, 

di Kalangan Penduduk Kota Hang Ciu 

nama-nya dikenal sebagai pemeras dan penindas.


* * *



Di belakang pekarangan toko kain sutra-nya itu 

bertempat tinggal seorang Janda dengan 2 Anak-nya yang masih kecil-kecil. 

Perempuan itu bertahan hidup bersama ke-dua Anak-nya 

dengan menjual tenaga sebagai pencuci piring dan pakaian Keluarga kaya ini, 

tempat tinggal mereka hanya-lah gubuk yang sudah sangat rusak lagi rendah, 

siang tidak dapat berteduh dari terik matahari, 

musim dingin tidak dapat menahan hawa dingin. 

Kalau hujan agak deras kecuali bocor, 

gubuk itu juga terbenam dalam genangan air banjir. 


* * *



Celaka-nya dari gubuk itu untuk menuju ke jalan besar, 

tiada jalan yang pantas untuk dilewati, 

untuk keluar masuk terpaksa harus lewat pekarangan toko kain Tio Cwan. 

Pintu samping yang kecil di belakang perkarangan rumah besar yang ber-dinding tinggi itu 

merupakan satu-satu-nya jalan kehidupan Perempuan miskin itu.


* * *



Suatu malam terjadi kebakaran besar yang tak terkendali lagi, 

nyala api berawal dari Tetangga yang berjualan makanan, 

begitu sang jago merah mengamuk, 

asap tebal membumbung tinggi ke Angkasa, 

rumah-rumah di sekitar-nya lekas sekali ter-jilat api, 

termasuk juga gubuk tempat tinggal Perempuan miskin dengan ke-dua Anak-nya itu. 


* * * 



Dengan memeluk ke-dua Anak-nya 

Perempuan miskin itu berlari di tengah amukan api dan asap, 

maksud-nya akan menyelamatkan diri 

lewat pintu kecil di samping pagar tembok pekarangan belakang rumah Tio Cwan. 

Tapi Tio Cwan khawatir jago merah merambat 

dan membakar rumah-nya, 

maka ia perintahkan Orang untuk menutup pintu kecil itu, 

tak peduli Perempuan miskin dan ke-dua Anak-nya 

minta tolong menjerit-jerit sambil menangis, 

bukan saja tidak terharu atau membuka pintu, 

bahkan ia mengunci dengan menggunakan induk kunci pintu kecil itu dari dalam 

dan melarang siapa pun membuka pintu itu.


* * * 



Akhir-nya Perempuan miskin dan ke-dua Anak-nya mati terbakar. 

Tio Cwan yang kejam dan tanpa belas kasihan 

secara tidak langsung telah membunuh 3 jiwa, 

melenyapkan Keluarga yang menghuni gubuk itu. 


* * *


Tahun ke-2 mendadak Tio Cwan mati 

karena penyakit jahat menyerang diri-nya.


* * *



Tidak lama setelah Tio Cwan meninggal, 

Putra-nya Ci Bing yang sudah dewasa 

suatu malam ber-mimpi bertemu dengan Ayah-nya 

yang berkata kepada-nya, 

"Waktu hidup aku dulu ter-amat jahat dan kejam, 

3 jiwa penghuni gubuk di belakang itu 

secara tidak langsung 

aku-lah yang membunuh mereka, 

dosa-ku sungguh tidak terampunkan lagi, 

Giam Ong tidak memberi-ku izin untuk menitis kembali ke Dunia, 

bahkan aku dipaksa masuk ke perut hewan 

dan lahir sebagai Anak babi, 

saat ini aku berada di rumah Keluarga Lie 

tukang jagal babi di luar kota. 

Di rumah-nya ada 4 ekor babi 

yang tubuh-nya ber-bulu kembang itu-lah aku. 

Pergi-lah kau membeli-ku dari tukang jagal She Lie itu 

supaya esok pagi 

aku tidak di-jagal oleh-nya, 

habis bicara air mata bercucuran 

pertanda betapa sedih hati-nya".


* * * 



Ci Bing terjaga bangun 

di tengah isak tangis-nya sendiri, 

masih jelas dalam ingatan-nya tentang mimpi yang dialami barusan. 

Esok pagi segera ia ke rumah tukang jagal She Lie 

memang dalam kandang terdapat 4 ekor babi. 

Babi kembang yang masih kecil itu berlari ke arah-nya 

sambil meng-goyang ekor 

dengan mengeluarkan dengkur yang memilukan, 

seperti minta dikasihani.


* * * 



Perih rasa hati Ci Bing, 

ia tahu babi kembang ini-lah penitisan Ayah-nya. 

Meski harga cukup tinggi, 

babi kembang itu ia beli dari tukang jagal She Lie, 

se-tiba di rumah 

ia suruh membersihkan sebuah kamar di bagian belakang 

sebagai tempat tinggal babi kembang itu, 

dipilih-nya seorang Pembantu-nya 

untuk merawat dan melayani keperluan babi kembang itu. 

Setiap hari harus dimandikan, mencuci dan membersihkan kamar-nya.


* * * 



Ci Bing tahu 

se-masa hidup Sang Ayah suka menghisap rokok dan minum arak, 

maka tiap kali makan terlebih dulu menyediakan sepiring arak, 

makanan yang disajikan juga merupakan bahan pilihan 

setelah makan baru diberi rokok, 

terlebih dulu tembakau dimasukkan ke dalam pipa cangklong (pipa lengkung untuk menghisap tembakau), 

setelah dinyalakan dan menyala baru ujung cangklong dimasukan ke dalam mulut babi. 


* * *



Begitu-lah selama lima enam tahun 

babi kembang yang semula cilik tumbuh menjadi babi kembang yang gemuk dan besar, 

porsi yang diberikan tidak pernah berubah 

hanya ditambah lebih banyak jumlah-nya.


* * *



Suatu malam dalam mimpi-nya 

Ci Bing berjumpa pula dengan Sang Ayah, 

begini kata Sang Ayah, 

“Laku bakti-mu sungguh patut dipuji, 

namun aku sungguh menyesal. 

Ketahui-lah bahwa dosa kesalahan-ku ter-amat berat, 

setelah mati ternyata aku harus hidup kembali menjadi binatang, 

itu-lah memang balasan yang semesti-nya, 

kalau kau melayani-ku seperti ini, 

bukan berkurang dosa-ku bahkan akan lebih berat, 

selanjut-nya jangan memandikan aku, 

jangan memberi aku minum arak dan rokok, 

beri-lah makan selayak-nya saja.”


* * *



Terpaksa Ci Bing mematuhi pesan Ayah-nya, 

terus merawat babi kembang itu sampai beberapa tahun lagi. 

Kejadian ini sudah bukan rahasia lagi bagi Penduduk Kota Hang Ciu, 

sepanjang tahun menjadi buah bibir Masyarakat ramai. 

Yang pasti pada Tanggal 1 April 1928, 

kejadian ini pernah dimuat dalam salah satu surat kabar dalam kolom berita di Kota Shanghai.