Gi Ong dilahirkan di Kota Kiang Im,
Pemuda yang punya pambek besar dan pandangan luas,
sekian tahun ia rajin belajar dan meng-gembleng diri,
nama-nya terkenal,
banyak Orang beranggapan Pemuda ini mempunyai masa depan yang gilang gemilang.
* * *
Pertengahan tahun
tatkala Kaisar Kian Liong ber-tahta
ia mengikuti ujian Negara
yang diadakan di Kota-nya.
Sebelum ia selesai mengerjakan kertas ujian
mendadak muka-nya berubah pucat pasi (putih pudar),
badan gemetar,
keringat dingin bercucuran
sambil memegangi kertas ujian dan alat tulis yang dibawa-nya
ia berjalan keluar dari ruang ujian.
* * *
Seorang Pengawas ujian yang berdiri tidak jauh dari tempat duduk-nya
amat kaget melihat keadaan-nya,
segera ia menghampiri serta membimbing-nya keluar
serta menanyakan diri-nya kenapa,
dengan suara sedih dan gemetar
Gi Ong menjelaskan,
selama 20 tahun lebih,
Almarhum Ayah-ku menduduki jabatan tinggi,
sejak menunaikan tugas Beliau bertindak dengan adil
dan selalu mematuhi Undang-undang,
tak pernah melakukan perbuatan yang merugikan Orang lain,
tak nyata menjelang ajal-nya
Beliau berkata di depan kami 4 (empat) ber-Saudara dengan tersedu-sedu.
Selama hidup-ku
belum pernah aku melakukan perbuatan yang mengingkari hati nurani,
ku-kira kalian sudah tahu semua.
* * *
Tapi pernah satu kali,
waktu itu aku berkuasa menjadi Bupati di Kim Leng
karena menerima suap 2.000 tail perak,
tanpa sadar aku membunuh 2 Terhukum yang sebenar-nya tidak berdosa.
Sejak setengah bulan lalu
aku jatuh sakit
keadaan ku makin parah,
saat aku pingsan
Arwah-ku pernah diseret Setan yang bertugas di Akhirat di sana,
aku bertatap muka dengan Arwah 2 Orang yang mati penasaran
karena aku-lah yang memerintahkan membunuh mereka,
putusan Pengadilan di Akhirat menghukum aku,
setelah mati
aku harus menerima balasan di Akhirat,
juga harus putus Keturunan.
* * *
Untung Kakek Moyang-ku banyak menimbun Jasa-jasa baik,
sering menolong Anak-anak yatim piatu,
maka hukuman sedikit diperingan
yaitu selama 5 Generasi mendatang
aku hanya memperoleh seorang Putra
semua-nya akan hidup dalam kemiskinan.
* * *
Maka aku anjurkan kalian harus banyak berbuat Kebajikan,
jangan sekali-kali serakah akan harta dan pangkat serta kedudukan tinggi,
kalau kalian mengabaikan pesan-ku ini,
itu berarti akan menambah dosa-dosa-ku.
Sebelum habis memberikan pesan-nya,
Ayah meninggal dunia.
* * *
Dalam jangka waktu kurang dari 5 tahun,
harta warisan Orangtua habis sama sekali,
dari Keluarga yang terpandang
kami menjadi warga yang tidak punya apa-apa lagi,
2 Kakak-ku mati karena sakit
demikian pula seorang Adik-ku meninggal di rantau,
sampai sekarang hanya aku seorang yang masih hidup.
* * *
Sebetulnya aku tidak punya rencana untuk mengikuti ujian
tapi karena keadaan-ku terlalu miskin,
Teman dan Para Famili juga menganjurkan
supaya aku merubah nasib,
baru dengan perasaan tidak tenang,
aku memberanikan diri mengikuti ujian ini.
* * *
Ternyata dalam mimpi semalam
ku-lihat Ayah datang dengan muka sangat marah,
ia menuding dan memaki,
"Kau tidak memupuk Kebaikan untuk meringankan dosa-ku
malah serakah akan harta dan kedudukan,
kau berani melanggar pesan-ku
sungguh Anak yang tidak berbakti,
habis bicara
dengan tinju-nya
ia memukul meja dengan keras
lalu pergi dengan muka merah padam".
* * *
Kalau aku membayang kejadian masa lalu,
mengingat mimpi-ku semalam,
aku tahu betapa besar dosa-ku
dengan mengikuti ujian kali ini,
hal ini akan menambah berat dosa Ayah
dan membuat diri-ku sendiri celaka
maka aku merubah tekad-ku semula,
ujian ku-hentikan sampai di sini,
sepulang nanti
aku akan men-cukur rambut menjadi Hwesio,
aku akan mengasingkan diri di Gunung
untuk menghabiskan sisa hidup-ku yang merana ini,
dengan demikian yakin akan dapat memperingan dosa Arwah Ayah di Alam baka,
itu-lah keinginan-ku satu-satu-nya sekarang.
* * *
Mendengar penjelasan Gi Ong,
Pengawas ujian itu ikut mencucurkan air mata
karena sangat terharu.
Di tengah cucuran air mata mereka itu-lah
ke-dua-nya saling berjabat tangan
lalu berpisah dengan rasa sendu.
Kisah yang benar-benar terjadi ini
diceritakan oleh Pengawas ujian itu kepada Istri-nya di rumah
maka makin luas-lah cerita ini
di kalangan Masyarakat banyak.