6. Menjual Harpa Menolong Perempuan Suci


Di Kota Tai Ciu, hidup seorang Pelajar She In 

walau Keluarga-nya miskin dan hidup bersahaja, 

namun ia suka menolong Orang 

tak segan-segan mengeluarkan uang sendiri 

untuk keperluan Orang lain, 

hati-nya lembut lagi setia kawan, 

pribadi-nya memang luhur, 

maklum sebagai Pelajar meski gagal meraih gelar 

namun ia tetap menjunjung tinggi peradatan.


* * * 



Waktu She In masih remaja, 

ke-dua Orangtua-nya meninggal 

tanpa Saudara dan Famili 

maka hidup-nya sebatang kara, 

setelah gagal mengikuti ujian Negara, 

akhirnya ia menyembunyikan diri dalam sebuah gubuk, 

yang ia bangun di atas Gunung dalam hutan lebat, 

tiap hari kerja-nya hanya menulis dan membaca. 


* * * 



Suatu malam saat ia ber-samadhi

mendadak didengar-nya dua Setan sedang berbincang-bincang 

di luar jendela kamar-nya, 

didengar-nya salah satu Setan sedang berkata, 

"Istri Lie Oen Bing yang tinggal di kampung Timur itu, 

karena ditinggal Suami yang dagang keliling ke luar daerah, 

sudah sekian tahun tidak kunjung pulang, 

sepucuk surat juga tidak pernah dikirim ke rumah. 

Ayah Bunda-nya mengganggap Putra-nya itu pasti sudah mati di rantau, 

maka mereka akan memaksa Menantu-nya menikah dengan Pria pilihan-nya.


* * * 



Ternyata Istri Lie Oen Bing adalah Perempuan setia lagi suci, 

dengan tegas ia menolak kehendak ke-dua Mertua-nya, 

diam-diam ia ber-sumpah dalam hati 

kalau dipaksa dia akan bunuh diri. 

Dalam satu bulan ini 

kalau Lie Oen Bing tetap tiada kabar berita-nya, 

dia pasti bunuh diri itu 

berarti aku sudah punya pengganti. 


* * * 



Diam-diam She In perhatikan dan ingat betul percakapan ke-dua Setan itu. 

Esok hari-nya ia turun gunung pergi ke kampung Timur mencari berita, 

di sana memang ada Keluarga 

dan perkara seperti yang dibicarakan ke-dua Setan yang se-malam ia dengar.


* * * 



Rumah-rumah penduduk di Desa 

umum-nya tidak besar lagi rendah, 

terdiri dua tiga petak bagian luar dan belakang, 

sehari-hari kerja mereka ialah bercocok tanam di sawah atau di ladang, 

Laki Perempuan semua bekerja mengangkat lengan baju. 

Maka dengan leluasa Pelajar She In itu melihat sendiri Istri Lie Oen Bing 

yang rajin bekerja 

memang ke-dua mata-nya bengkak 

karena sudah beberapa hari menangis meratapi nasib-nya, 

diam-diam Pelajar She In kagum dan hormat terhadap Perempuan yang teguh pendirian ini 

berani menentang kehendak ke-dua Mertua-nya 

untuk dinikahkan pula dengan Laki-laki lain 

meski dengan segala pengorbanan, 

bila perlu ia rela berkorban jiwa dan raga.


* * * 



Di samping kasihan Pelajar She In juga mengerti posisi-nya 

maka ia tidak tega melihat Perempuan yang tegar ini harus bunuh diri 

untuk mempertahankan kesucian diri-nya. 

Se-pulang di gubuk-nya, 

ia memeras otak mencari akal cara 

bagaimana ia harus menolong Perempuan itu, 

dasar otak-nya cerdas 

akhir-nya ia berkeputusan. 

Dari Kakek Moyang-nya dulu 

ia memperoleh warisan sebuah harpa, 

setiba di Kota ia jual harpa turunan itu, 

padahal hanya benda itu-lah satu-satu-nya yang paling berharga 

yang ia miliki sekarang.


* * * 



Dengan 4 tail perak yang diperolehnya, 

Pelajar She In mencari gaya tulisan Lie Oen Bing, 

syukur dari salah seorang Pembantu yang bekerja di rumah Lie Oen Bing, 

Pelajar She In memperoleh buku catatan dagang 

yang ditulis sendiri oleh Lie Oen Bing, 

meski sudah rusak (karena sudah tua) dan robek, 

tapi tulisan dalam buku itu masih kelihatan jelas 

dengan men-contoh gaya tulisan Lie Oen Bing, 

Pelajar She In memalsukan sepucuk surat 

kepada seorang Teman yang dipercaya, 

ia serahkan 4 tail perak hasil menjual harpa 

dan surat palsu itu supaya dikirim ke rumah Lie Oen Bing 

dari suatu tempat yang jauh.


* * * 



Meski palsu tapi gaya tulisan surat itu memang mirip sekali dengan tulisan Putra-nya, 

maka ke-dua Orangtua Lie Oen Bing menjadi lega dan gembira, 

bahwa Putra tunggal mereka ternyata masih hidup, 

maka mereka tidak memaksa Menantu-nya menikah lagi dengan Laki-laki lain.  


* * *



1 (satu) bulan kemudian di tengah malam, 

saat Pelajar She In meditasi di kamar-nya 

kembali ia mendengar percakapan ke-2 Setan itu, 

sungguh tidak mujur, 

sebetul-nya aku sudah menemukan pengganti-ku 

tak diduga Pelajar itu menggagalkan harapan-ku. 

Istri Lie Oen Bing jelas tidak akan bunuh diri. 

3 (tiga) bulan mendatang Lie Oen Bing juga pasti pulang ke rumah-nya 

sia-sia saja aku senang dan lega.


* * * 



Setan yang lain berkata, 

”Eh kenapa tidak kau bunuh saja Pelajar itu ?. 

Hus", bentak Setan yang bicara dulu-an, 

semasa hidup-nya yang dahulu Pelajar ini adalah Orang yang punya Rejeki besar. 

Pada masa hidup-nya yang sekarang, 

ia juga suka berbuat baik 

kelak kalau ia lulus ujian akan menjadi Pejabat tinggi. 

Mana aku berani membuat-nya celaka. 


* * * 



3 (tiga) bulan kemudian, 

Lie Oen Bing benar-benar pulang dari rantau 

demikian juga Pelajar She In ini juga lulus dalam ujian akhir 

dan meraih gelar ke-sarjana-an, 

sesuai dengan gelar yang disandang-nya, 

Baginda memberikan jabatan tinggi sejajar dengan Menteri pada-nya.