Di Kota Tai Ciu, hidup seorang Pelajar She In
walau Keluarga-nya miskin dan hidup bersahaja,
namun ia suka menolong Orang
tak segan-segan mengeluarkan uang sendiri
untuk keperluan Orang lain,
hati-nya lembut lagi setia kawan,
pribadi-nya memang luhur,
maklum sebagai Pelajar meski gagal meraih gelar
namun ia tetap menjunjung tinggi peradatan.
* * *
Waktu She In masih remaja,
ke-dua Orangtua-nya meninggal
tanpa Saudara dan Famili
maka hidup-nya sebatang kara,
setelah gagal mengikuti ujian Negara,
akhirnya ia menyembunyikan diri dalam sebuah gubuk,
yang ia bangun di atas Gunung dalam hutan lebat,
tiap hari kerja-nya hanya menulis dan membaca.
* * *
Suatu malam saat ia ber-samadhi,
mendadak didengar-nya dua Setan sedang berbincang-bincang
di luar jendela kamar-nya,
didengar-nya salah satu Setan sedang berkata,
"Istri Lie Oen Bing yang tinggal di kampung Timur itu,
karena ditinggal Suami yang dagang keliling ke luar daerah,
sudah sekian tahun tidak kunjung pulang,
sepucuk surat juga tidak pernah dikirim ke rumah.
Ayah Bunda-nya mengganggap Putra-nya itu pasti sudah mati di rantau,
maka mereka akan memaksa Menantu-nya menikah dengan Pria pilihan-nya.
* * *
Ternyata Istri Lie Oen Bing adalah Perempuan setia lagi suci,
dengan tegas ia menolak kehendak ke-dua Mertua-nya,
diam-diam ia ber-sumpah dalam hati
kalau dipaksa dia akan bunuh diri.
Dalam satu bulan ini
kalau Lie Oen Bing tetap tiada kabar berita-nya,
dia pasti bunuh diri itu
berarti aku sudah punya pengganti.
* * *
Diam-diam She In perhatikan dan ingat betul percakapan ke-dua Setan itu.
Esok hari-nya ia turun gunung pergi ke kampung Timur mencari berita,
di sana memang ada Keluarga
dan perkara seperti yang dibicarakan ke-dua Setan yang se-malam ia dengar.
* * *
Rumah-rumah penduduk di Desa
umum-nya tidak besar lagi rendah,
terdiri dua tiga petak bagian luar dan belakang,
sehari-hari kerja mereka ialah bercocok tanam di sawah atau di ladang,
Laki Perempuan semua bekerja mengangkat lengan baju.
Maka dengan leluasa Pelajar She In itu melihat sendiri Istri Lie Oen Bing
yang rajin bekerja
memang ke-dua mata-nya bengkak
karena sudah beberapa hari menangis meratapi nasib-nya,
diam-diam Pelajar She In kagum dan hormat terhadap Perempuan yang teguh pendirian ini
berani menentang kehendak ke-dua Mertua-nya
untuk dinikahkan pula dengan Laki-laki lain
meski dengan segala pengorbanan,
bila perlu ia rela berkorban jiwa dan raga.
* * *
Di samping kasihan Pelajar She In juga mengerti posisi-nya
maka ia tidak tega melihat Perempuan yang tegar ini harus bunuh diri
untuk mempertahankan kesucian diri-nya.
Se-pulang di gubuk-nya,
ia memeras otak mencari akal cara
bagaimana ia harus menolong Perempuan itu,
dasar otak-nya cerdas
akhir-nya ia berkeputusan.
Dari Kakek Moyang-nya dulu
ia memperoleh warisan sebuah harpa,
setiba di Kota ia jual harpa turunan itu,
padahal hanya benda itu-lah satu-satu-nya yang paling berharga
yang ia miliki sekarang.
* * *
Dengan 4 tail perak yang diperolehnya,
Pelajar She In mencari gaya tulisan Lie Oen Bing,
syukur dari salah seorang Pembantu yang bekerja di rumah Lie Oen Bing,
Pelajar She In memperoleh buku catatan dagang
yang ditulis sendiri oleh Lie Oen Bing,
meski sudah rusak (karena sudah tua) dan robek,
tapi tulisan dalam buku itu masih kelihatan jelas
dengan men-contoh gaya tulisan Lie Oen Bing,
Pelajar She In memalsukan sepucuk surat
kepada seorang Teman yang dipercaya,
ia serahkan 4 tail perak hasil menjual harpa
dan surat palsu itu supaya dikirim ke rumah Lie Oen Bing
dari suatu tempat yang jauh.
* * *
Meski palsu tapi gaya tulisan surat itu memang mirip sekali dengan tulisan Putra-nya,
maka ke-dua Orangtua Lie Oen Bing menjadi lega dan gembira,
bahwa Putra tunggal mereka ternyata masih hidup,
maka mereka tidak memaksa Menantu-nya menikah lagi dengan Laki-laki lain.
* * *
1 (satu) bulan kemudian di tengah malam,
saat Pelajar She In meditasi di kamar-nya
kembali ia mendengar percakapan ke-2 Setan itu,
sungguh tidak mujur,
sebetul-nya aku sudah menemukan pengganti-ku
tak diduga Pelajar itu menggagalkan harapan-ku.
Istri Lie Oen Bing jelas tidak akan bunuh diri.
3 (tiga) bulan mendatang Lie Oen Bing juga pasti pulang ke rumah-nya
sia-sia saja aku senang dan lega.
* * *
Setan yang lain berkata,
”Eh kenapa tidak kau bunuh saja Pelajar itu ?.
Hus", bentak Setan yang bicara dulu-an,
semasa hidup-nya yang dahulu Pelajar ini adalah Orang yang punya Rejeki besar.
Pada masa hidup-nya yang sekarang,
ia juga suka berbuat baik
kelak kalau ia lulus ujian akan menjadi Pejabat tinggi.
Mana aku berani membuat-nya celaka.
* * *
3 (tiga) bulan kemudian,
Lie Oen Bing benar-benar pulang dari rantau
demikian juga Pelajar She In ini juga lulus dalam ujian akhir
dan meraih gelar ke-sarjana-an,
sesuai dengan gelar yang disandang-nya,
Baginda memberikan jabatan tinggi sejajar dengan Menteri pada-nya.