Sejak dilahirkan,
tulang kaki kiri Can Tik Lim sudah lumpuh pertumbuhan-nya,
juga tidak normal,
hingga dalam usia dewasa,
tubuh-nya yang cebol itu masih belum mampu berjalan secara normal.
* * *
Maklum Propinsi An Hwi dimana ia dilahirkan di Kota Siu Ling
merupakan daerah yang berlangganan dengan banjir,
perekonomian Kota kecil.
Ini memang tidak se-makmur daerah lain.
* * *
Karena Ayah Bunda-nya meninggal dunia
dan kini ia hanya sebatang kara,
maka dalam usia 21 tahun,
ia pindah ke Han Gau
dimana ia punya seorang Paman yang membuka toko perhiasan,
untung Paman-nya masih mau menerima-nya sebagai pelayan toko,
dan memperoleh sebuah kamar di ujung belakang rumah-nya yang agak sempit lagi gelap.
* * *
Beberapa bulan setelah Can Tik Lim berada di Han Gau,
suatu hari ia tengah duduk di dalam kamar,
mendadak muka-nya berubah menjadi menakutkan,
warna hijau kelam,
mulut-nya juga mengulang suara yang sama secara terus menerus dengan keras,
* * *
hei dengarkan aku adalah Ong Jui,
aku meminjam tubuh Can Tik Lim untuk berbicara.
Suami-ku lahir di Kresidenan Ka Hin di Ciat Kang
ia bernama Ong Goan.
Se-masa hidup-nya yang dahulu Can Tik Lim bernama Go Yau Tin,
kelahiran Lam Jiang di Kang He.
* * *
Go Yau Tin adalah seorang pedagang yang sering hilir mudik Ke Ka Hin,
belakangan menjadi Sahabat baik Suami-ku Ong Goan,
suatu ketika Suami-ku pernah menanamkan modal-nya sebesar 1.000 tahil (satuan ukuran berat 37,8 gram) perak
untuk menambah modal usaha dagang-nya yang terus maju.
* * *
Beberapa tahun kemudian
karena usaha Suami-ku sendiri bangkrut,
ia minta modal dan laba keuntungan uang-nya selama ini kepada Go Yau Tin,
ternyata Go Yau Tin berhati jahat,
ia mengingkari janji
dan mengingkari pernah menerima sejumlah modal dari Suami-ku,
hingga terjadi-lah pertengkaran yang berakhir dengan perkelahian,
karena sangat marah-nya Suami-ku mengambil pisau dari dapur hendak membunuh-nya,
dalam pergulatan yang hebat,
lantaran perawakan Go Yau Tin lebih besar dan kuat
membuat ia berhasil merebut pisau dari tangan Suami-ku
dan bahkan membunuh-nya.
Hari itu juga ia mengangkat seluruh harta benda-nya
lari pulang ke tempat kelahiran-nya di Lam jiang.
* * *
Untuk menuntut balas kematian Suami-ku,
aku Ong Jui mengajukan surat pengaduan dan gugatan kepada Residen Ka Hin
akhir-nya Go Yau Tin ditangkap di Lam Jiang
dan diadili di Ka Hin,
setelah terbukti dosa-dosa-nya
ia dijatuhi hukuman penjara beberapa tahun.
* * *
Peristiwa ini terjadi pada waktu Kian Liong ber-tahta Tahun ke-59,
kemudian pada waktu Kha Khing ber-tahta Tahun ke-6
terjadi huru hara di seluruh Negeri,
dalam kesempatan itu-lah Go Yau Tin melarikan diri dari penjara,
pulang ke kampung halaman-nya.
* * *
Sejak Suami-ku mati,
selama bertahun-tahun ini
Keluarga-ku menjadi bergantung hidup atas sisa peninggalan Suami-ku
dalam keadaan terhimpit,
terpaksa aku pergi ke Lam Jiang menemui Go Yau Tin menagih hutang-hutang-nya.
Bukan saja tidak mau bayar,
Go Yau Tin bahkan mengusir-ku
dan menutup rapat pintu rumah-nya,
dalam keadaan lapar dan kehabisan ongkos,
terpaksa aku tidur di serambi rumah Orang,
malam itu cuaca amat buruk,
hujan deras lagi dingin,
perut-ku kelaparan pula,
masa depan seperti tiada harapan lagi,
malam itu aku menggantung diri di depan pintu besar rumah Go Yau Tin.
Secara diam-diam
ia menyuruh Para Penjaga rumah-nya mengubur-ku
di pekarangan belakang rumah-nya,
Orang lain memang tidak ada yang tahu atas kematian-ku.
* * *
2 tahun kemudian Go Yau Tin mati
karena terserang penyakit aneh.
Kira-kira Tahun ke-19 Dinasti Kha King.
Go Yau Tin menitis hidup di Keluarga Can,
ia dilahirkan kembali menjadi Can Tik Lim
yang sekarang meski sudah berada di Alam baka,
aku Ong Jui masih penasaran,
sudah 30 tahun aku menanti kesempatan di Hong Si Shia,
dendam penasaran-ku belum terlampiaskan,
syukur belakangan Giam Ong tahu perkara-ku,
atas izin-nya
aku mencari Go Yau Tin dan menuntut balas pada-nya.
* * *
Syukur jerih payah-ku tidak sia-sia,
kini telah ku-temukan dia,
maka jiwa-nya harus diserahkan kepada-ku
untuk membayar hutang darah Suami-ku dan diri-ku.
* * *
Bicara sampai di sini,
perlahan-lahan Can Tik Lim yang tanpa daksa ini tersungkur di lantai,
pingsan hingga beberapa waktu lama-nya.
Mulai hari itu untuk beberapa hari lama-nya,
di waktu pagi dan malam
Arwah Ong Jui selalu masuk ke badan Can Tik Lim,
lewat mulut-nya ia menguraikan perkara lama yang belum tuntas itu.
* * *
Belakangan Can Tik Lim malah mengamuk,
dengan tangan sendiri,
ia memukul dada dan kepala secara kejam,
ia menggigit kulit daging di tubuh sendiri,
hingga seluruh badan luka-luka darah bercucuran.
Sudah tentu Paman-nya menjadi panik,
banyak Orang sudah mendengar omongan-nya,
semua berpendapat
bahwa perkara ini merupakan akibat balas dendam pada penitisan yang terdahulu,
Orang biasa tak kan mungkin bisa menolong atau membebaskan perkara ini.
* * *
Untung-lah Paman Can Tik Lim punya seorang kenalan bernama Ong Long Ting,
Laki-laki berusia 70 tahun ini baik hati dan sabar,
ia tidak tega melihat keadaan Can Tik Lim yang menyiksa diri sendiri.
Malam itu saat Ong Jui masuk ke tubuh Can Tik Lim,
dengan sabar ia mengajak berbicara mendengar uraian-mu tadi,
kami semua yakin
bahwa kau memang benar-benar penasaran
tapi kalau perkara dendam men-dendam,
balas membalas ini terus berkepanjangan
lalu sampai kapan urusan ini dapat dibereskan.
* * *
Semasa hidup-nya yang dahulu Can Tik Lim berhutang uang kepada-mu,
bagaimana kalau sekarang ia membayar hutang-hutang-nya dulu,
cara ini ku-kira dapat menolong jiwa Can Tik Lim,
di samping juga meluruskan jalan lapang-mu menuju ke penitisan yang akan datang,
bukan-kah dua pihak akan memperoleh keuntungan.
* * *
Lewat mulut Can Tik Lim,
Ong Jui berkata pula,
kali ini aku datang bersama Suami-ku Ong Guan.
Kami datang ke Liam Jiang naik perahu,
perahu-ku berlabuh di Dermaga Cu Ke Kang.
Tadi kau bilang mau membayar seluruh hutang-hutang lama,
baik-lah tawaran-mu ku-terima,
untuk itu kau harus membelikan sebuah perahu besar,
kaos kaki Laki Perempuan masing-masing sepasang.
Uang kertas yang berlaku di Akhirat sebesar 7.000 tail
dan harus dituliskan nama-nama kami
dan dibakar dimana perahu kita sedang berlabuh.
* * *
Ong Long Ting meluluskan semua tuntutan Ong Jui
dan segera bekerja sesuai pesan itu.
7 hari kemudian Ong Jui masuk pula ke tubuh Can Tik Lim
dan berbicara lewat mulut-nya,
Suami-ku Ong Goan sudah memperoleh persetujuan Giam Ong
untuk menitis hidup kembali,
saat ini masih dalam proses penyelesaian
sambil menanti putusan akhir
dimana ia akan dilahirkan kembali.
* * *
Sementara masa depan-ku masih belum ada keputusan,
untuk itu perlu dibantu dengan selalu membacakan Mantra
supaya Arwah-ku lebih cepat memperoleh pengampunan.
* * *
Kembali Ong Long Ting menyatakan sanggup melaksanakan pesan Ong Jui,
atas inisiatif-nya Ong Long Ting mengumpulkan derma,
dana yang terkumpul cukup
untuk membiayai Upacara Sembahyang yang dipimpin rombongan Hwesio.
Selama 7 hari 7 malam Upacara Sembahyang ini terus berlangsung
untuk mengantar Arwah Ong Jui yang penasaran itu kembali ke asal-nya.
* * *
Malam ke-7 setelah Upacara Sembahyang usai,
Can Tik Lim masuk tidur di kamar-nya,
tengah malam ia ber-mimpi diri-nya diseret satu Setan Perempuan,
Setan Perempuan ini bukan lain adalah Ong Jui yang mati gantung diri.
Dengan menyeret Can Tik Lim,
Ong Jui membawa-nya ke Tang Gak Sin Bio
dimana Tang Gak Te sedang membuka sidang,
dengan tegas dosa-dosa Go Yau Tin dibacakan,
lalu diputuskan untuk dihukum cambuk sebanyak 30 kali.
Dua Petugas yang berdiri di dua sisi meja meng-iya-kan,
dengan kayu keras besar di tangan mereka secara bergantian memukul paha dan kaki Can Tik Lim,
terhitung selesai-lah perkara penasaran Ong Jui.
* * *
Sambil me-rintih-rintih,
Can Tik Lim terjaga bangun dari tidur-nya,
terasa betapa sakit ke-dua kaki-nya,
bukan saja bergerak,
untuk duduk saja tidak kuat lagi,
jerit kesakitan Can Tik Lim mengejutkan se-isi rumah,
semua memburu ke kamar-nya,
Ong Long Ting segera memeriksa keadaan-nya
di-lihat-nya paha Can Tik Lim memar biru bekas kena pukulan,
terpaksa ia harus berbaring hampir sebulan lama-nya.
Tapi Arwah Ong Jui tidak pernah datang mengganggu lagi.