1. Seng Hong yang Tabib


Pada pertengahan Tahun Ka Khing, 

di Kota Lam Jiang dalam Propinsi Kiang Sai, 

hidup seorang Tabib bernama Him Tio King yang bijak dan sosial. 


* * *


Sejak masih kecil Him Tio King sudah menunjukkan bakat-nya yang luar biasa, 

welas asih dan ramah tamah, 

selalu bersikap baik dan iba Sesama Manusia yang hidup merana dan sengsara. 

Waktu Him Tio King berusia 19 tahun, 

ia mulai membulatkan tekad 

untuk men-dharma bakti-kan kemampuan atau ilmu yang pernah dipelajari-nya bagi Umat Manusia, 

terutama untuk mereka yang menderita sakit, 

maka ia lebih tekun memperdalam ilmu pengobatan, 

belasan tahun Him Tio King tekun dan rajin belajar, 

meski banyak menderita dan sengsara, 

namun ia tidak pernah patah semangat. 


* * *



Beberapa tahun kemudian setelah lulus sekolah dan mulai praktek, 

resep obat-nya ternyata amat manjur 

dan selalu berhasil menyembuhkan penyakit para pasien-nya. 

Terkabul-lah awal keinginan Him Tio King 

untuk membaktikan diri-nya demi kaum miskin, 

keberhasilan itu lebih meneguhkan iman-nya 

untuk mengejar cita-cita yang lebih agung, 

andai kata harus berkorban jiwa dan raga sekali pun segala pengorbanan rela ia lakukan. 


* * *



Ber-pijak pada sikap kerja-nya yang mengutamakan memberi pertolongan kepada fakir miskin, 

Him Tio King tidak mau menerima imbalan, 

bila perlu secara gratis malah ia memberi obat pada pasien-nya, 

padahal tidak sedikit di antara obat-obat-an itu adalah bahan obat yang mahal harga-nya. 


* * * 



Bahwa Him Tio King ber-jiwa sosial bukan berarti bahwa Keluarga-nya hidup makmur. 

Lalu dari mana Him Tio King memperoleh dana dan modal untuk menolong kaum miskin ?. 


Untuk itu ternyata Him Tio King harus mengetatkan keperluan hidup Keluarga-nya, 

satu sen pun tidak dihamburkan percuma, 

di bawah pengawasan yang keras dan penuh disiplin, 

Keluarga-nya menjadi biasa hidup bersahaja, 

ternyata Istri dan Putra-Putri-nya dapat mengimbangi cita rasa Suami dan Ayah mereka 

yang men-dharma bakti-kan diri-nya untuk kepentingan Umum. 


* * *



Bila musim panas tidak ber-baju sutra, 

musim dingin tidak ber-pakaian kapas tebal, 

hidangan yang menjadi lauk pauk-nya sehari-hari tiada lain hanya-lah sayur-mayur, 

keluar pintu jalan kaki, 

ongkos naik tandu di-hemat untuk keperluan lain yang lebih berguna. 

Ada-nya kerja sama dan pengertian seluruh Keluarga, 

setiap bulan mereka dapat menyisihkan sebagian besar biaya hidup 

dan dimasukkan ke dalam tabungan, 

dana dalam tabungan ini-lah 

yang digunakan untuk membeli obat atau ongkos pengobatan para pasien-nya itu. 


* * *



Memang Him Tio King juga memperoleh dana dari pihak lain, 

yaitu bila ia di-undang untuk mengobati pasien dari Keluarga kaya, 

sebelum melakukan tugas-nya dengan tegas 

tapi harus terlebih dulu ia menentukan tarif yang tinggi, 

besar kecil tarif pengobatan disesuaikan keadaan ekonomi Keluarga pasien itu, 

cara ini pernah mengundang antipati sementara Orang kaya yang pernah ditolong-nya, 

tidak jarang Him Tio King mengalami tekanan dan ancaman pihak-pihak tertentu. 


* * *



Namun Him Tio King tetap membulatkan tekad-nya 

apalagi ia memperoleh dukungan, perlindungan dan junjungan Masyarakat luas yang kasih, setia dan simpati pada-nya, 


tidak sedikit Orang-orang kaya yang semula kikir dan iri hati pada-nya, 

setelah sadar dan tahu duduk persoalan-nya, 

apalagi terpengaruh oleh kearifan Him Tio King, 

dengan haru dan ikhlas, 

dengan suka rela dan penuh pengertian, 

belakangan mereka mau mengambil uang yang di kantong 

lalu menyumbangkan uang-nya demi kepentingan Umum juga. 


Oleh Him Tio King 

dana yang ber-jumlah cukup besar itu 

ia gunakan untuk menolong kaum miskin. 


* * *



Setelah bekerja puluhan tahun. 

Him Tio King yang baik hati, bersih dan suci ini, 

akhir memperoleh Anugerah dari Thian Yang Maha Kuasa. 

Hampir 50 tahun lama-nya, 

sejak Him Tio King ber-praktek dalam usia 30, 

ia tetap mempertahankan semangat kerja yang tinggi 

dengan ilmu pengobatan menolong Sesama Manusia. 

Kehidupan Manusia di Dunia fana tiada yang langgeng dan kekal abadi, 

demikian pula hal-nya yang dialami Him Tio King, 

selama ber-praktek sebagai Tabib, 

tidak jarang ia menghadapi kesulitan dan hambatan, 

namun semua kesukaran itu tidak melunturkan cita-cita-nya, 

kekayaan dan kedudukan tidak menggoyahkan tekad-nya, 

kekerasan tidak pernah membuat-nya gentar. 

Walau sudah berusia 79 tahun, 

Him Tio King masih segar bugar dan sehat kekar, 

Keluarga-nya hidup rukun, tentram dan damai. 


* * *



Terjadi-lah peristiwa aneh itu, 

pada hari Ulang Tahun Him Tio King yang ke-80, 

ia menolak ucapan selamat dan sumbangan dari siapa saja. 


Pagi hari itu seorang diri ia duduk tenang dalam ruang tamu-nya, 

mendadak terjadi keajaiban yang membuat mata-nya terbuka lebar. 

Di atas kayu penyangga atap bangunan di ruang tamu rumah-nya, 

di tengah taburan cahaya yang gemerlapan, 

tiba-tiba melambai turun barisan kain sutra merah, 

seperti spanduk kebahagian layak-nya, 

tapi kain sutra merah ini yang juga berhias warna-warni 

bertata sederet huruf-huruf besar berwarna kuning emas 

yang menyala ber-bunyi 

"Firman, atas Perintah Giok Hong Siang Te, Him Tio King di-utus ke Seng Hong di Propinsi Hokkian".


* * *



Him Tio King masih duduk tenang dan tak bergerak, 

hati-nya heran lagi bingung, 

dengan datar ia mengawasi spanduk sutra merah itu, 

beberapa kejap kemudian, 

cahaya benderang itu makin redup, 

kain sutra merah itu pun akhir-nya lenyap entah ke mana. 

Sejak peristiwa aneh itu, 

Him Tio King tetap ber-praktek seperti biasa, 

peristiwa aneh itu juga tidak pernah ia ceritakan kepada Istri maupun Putra Putri-nya. 

3 hari setelah Ulang Tahun-nya yang ke-80, 

pagi hari itu Him Tio King habis mandi 

lalu berdandan di kamar belakang baru menuju ke ruang tamu, 

seperti biasa sambil istirahat ia minum teh yang sudah disediakan, 

sebentar lagi baru masuk ke kamar praktek mulai ber-tugas.


* * *



Tiba-tiba alunan musik nan merdu perlahan ber-gema di Angkasa, 

lalu perlahan turun dan terdengar makin keras dalam rumah, 

bersama dengan itu ter-cium bau wewangian yang ber-aroma tebal di seluruh pelosok rumah-nya, 

waktu itu Istri-nya yang berada di luar 

merasa ada-nya gejala yang luar biasa dalam rumah-nya, 

segera ia berlari masuk ke ruang tamu 

dan mendapatkan Suami-nya tetap duduk di kursi 

dengan pandangan mata cekung ke atas kayu penyangga atap rumah, 

ternyata nafas-nya sudah berhenti, 

tubuh-nya juga mulai dingin. 

Tanpa sakit dan tiada tanda-tanda 

serta tanpa firasat apa pun yang menandakan bakal datang-nya musibah ini, 

sudah tentu juga tanpa siksa dan derita. 

Begitu-lah Him Tio King telah meninggal dunia dengan tenang. 

Him Tio King meninggal dunia secara wajar, 

kematian-nya justru mengundang Rejeki dan Kebahagian yang berkepanjangan 

sampai beberapa generasi Keturunan-nya.


* * * 



Konon beberapa generasi Keturunan-nya 

hingga kini masih hidup makmur di tempat kelahiran-nya, 

di zaman Kerajaan dahulu 

tidak sedikit di antara Keturunan-nya yang menjabat pangkat tinggi, 

turun temurun hingga beberapa generasi terus jaya dan makmur. 



Di Wilayah Kota Lam-jiang, 

Keluarga Him Tio King amat di-segani dan di-hormati, di-junjung tinggi 

sebagai Keluarga arif budiman.